Sabtu, 21 April 2018

Sikap Dalam Bekerja Dan Problematika Karir



SIKAP DALAM BEKERJA DAN PROBLEMATIKA KARIR


BAB II
PEMBAHASAN
A.   SIKAP DALAM BEKERJA

SIKAP Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untukbereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably)terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999)berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional,emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan evaluatif, baik yangmenyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal inimencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner danKinicki (2005) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secarakonsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.Gibson (2003), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mentalyang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruhkhusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebihmerupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian danmotivasiMenurut pengertian dari maulana (1995) “sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan atau perusahaan. Maulana1995 mendefinisikan mengenai pengertian sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yangmenguntungkan objak atau tidak, orang atau peristiwa. Ada tiga komponen dari suatu sikapyaitu pengertian (cognition), keharusan (affect), dan perilaku (behavior).Komponen cognition adalah segmen pendapat atau keyakinan akan suatu sikap. Komponenaffect adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap, sedangkan komponenbehavior adalah suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadapseseorang atau sesuatu.
B.        FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAP

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individumembentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1.    Pengalaman pribadi.Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkankesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribaditersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatanakan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2.    Kebudayaan.B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan)dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yangkonsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap danperilaku yang lain.
3.    Orang lain yang dianggap penting.Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yangdianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untukberafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap pentingtersebut.
4.    Media massa.Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyaipengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi barumengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadaphal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akanmemberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklaharah sikap tertentu.
5.    Institusi Pendidikan dan Agama.Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalampembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moraldalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yangboleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan sertaajaran-ajarannya.
6.    Faktor emosi dalam diri.Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadiseseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari olehemosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentukmekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu


C.        HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU
Seringkali kita beranggapan bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu jika anda hendak mengubah perilaku seseorang terlebih dahulu anda harus mengubah sikapnya. Namun dalam kenyataannya hubungan antara sikap dan perilaku seseorang ternyata tidak sesederhana itu. Motif berprilaku (behavior intention). Sebagian besar sikap seseorang sesungguhnya tidak secara langsung berdampak terhadap perilaku orang tersebut. Demikian juga hanya sebagian kecil dari sikap seseorang yang jumlahnya banyak sekali yang kemudian berubah menjadi perilaku. Yang dimaksud dengan motif berperilaku adalah sejauh mana kita tertarik untuk bertindak.Motif khusus. Penetapan tujuan (goal setting) dan ekspektasi terhadap imbalan memberikan impak yang sangat besar terhadap motif berperilaku dan membantu seseorang membangun motif khusus untuk bertindak. Sekali motif khusus terbentuk biasanya terkait langsung perilaku tertentu.Setyobroto (2004) merangkum batasan sikap dari berbagai ahli psikologi sosial diantaranyapendapat G.W. Alport, Guilford, Adiseshiah dan John Farry, serta Kerlinger yaitu:
1)    Sikap bukan pembawaan sejak lahir
2)    Dapat berubah melalui pengalaman
3)    Merupakan organisasi keyakinan-keyakinan
4)    Merupakan kesiapan untuk bereaksi
5)    Relatif bersifat tetap
6)    Hanya cocok untuk situasi tertentu
7)    Selalu berhubungan dengan subjek dan objek tertentu
8)    Merupakan penilaian dari penafsiran terhadap sesuatu
9)    Bervariasi dalam kualitas dan intensitas
10) Meliputi sejumlah kecil atau banyak item
11) Mengandung komponen kognitif, afektif dan komatif
KOMPONEN PEMBENTUK SIKAP
Berkaitan dengan komponen sikap, Walgito (2001) mengemukakan bahwa: Sikapmengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen itu adalahkomponen kognitif, afektif dan konatif dengan uraian sebagai berikut:1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan denganpengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimanaorang mempersepsi terhadap obyek sikap.2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan denganrasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yangpositif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.3. Komponen behavior (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yangberhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikapPenjelasan di atas relevan dengan pendapat Robbins (2007) yang menyatakan bahwasikap terbentuk dari tiga komponen (aspek) yaitu aspek evaluasi (komponen kognisi) danperasaan yang kuat (komponen afektif) yang akan membimbing pada suatu tingkah laku(komponen kecenderungan untuk berbuat/konasi).
 TIPE SIKAP
Berbicara tentang tipe sikap, maka terdapat 3 (tiga) tipe sikap. Tipe sikap tersebut adalahsebagai berikut :
1.        Kepuasan kerja Yaitu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkatkepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja, sebaliknya seseorangyang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap perkerjaantersebut.
2.        Keterlibatan kerja Adalah mengukur derajat sejau mana atau sampai tingkat mana seseorang memihak padapekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya dan menganggap kinerjanya penting bagi hargadiri. Pegawai dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat memihak pada jeniskerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja tersebut. Tingkat keterlibatankerja yang tinggi telah ditemukan berkaitan dengan kemangkiran yang lebih rendah dantingkat permohonan berhenti yang lebih rendah.
3.        Komitmen pada organisasiAdalah suatu keadaan atau sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatuorganisasi tertentu dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasitersebut. Seperti pada keterlibatan kerja bahwa komitmen pada organisasi memperlihatkanhubungan yang negatif antara kemangkiran dan tingkat keluar masuknya pegawai.


D.   PROBLEMATIKA KARIR
Semua orang yang pernah menjadi karyawan di suatu perusahaan pasti setuju bahwa tak ada pekerjaan yang mulus tanpa masalah. Semua bidang pekerjaan pasti pernah mengalami berbagai macam problematika yang menghadang.
Ada beberapa hal yang sering menjadi masalah di tempat kerja, seperti kesulitan untuk menjalin kerjasama dengan atasan dan rekan kerja, beban pekerjaan yang terlalu berat dan tak sesuai dengan kapasitasnya, bahkan ada juga yang sampai bosan setengah mati di kantor karena tak ada pekerjaan yang perlu dilakukan.
Pada saat seperti itu, keinginan untuk kabur dari lingkungan yang tak menyenangkan pasti ada dan biasanya yang dilakukan adalah resign (mengundurkan diri) dan mencari pekerjaan baru alias pindah kantor. Namun resign tidak selalu jadi jalan keluar yang paling tepat untuk semua masalah di lingkungan pekerjaan. Karena tidak ada jaminan di tempat yang baru akan lebih baik. Bahkan, bisa jadi malah lebih buruk dari suasana kantor yang sebelumnya. Selain suasana kerja baru yang mungkin saja tak menyenangkan, kamu juga harus berjuang melawan rasa sesal karena salah mengambil keputusan. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik sebelum mengambil keputusan untuk resign, apakah masalah yang ada masih bisa diatasi atau tidak. Jangan sampai mengambil keputusan hanya karena emosi atau sekedar untuk lari dari masalah
Berikut ini merupakan beberapa masalah/keluhan yang sering memicu seseorang untuk resign beserta solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasinya:
1.    Gaji kurang
Gaji kurang sering menjadi alasan karyawan untuk resign. Sebagai manusia normal, adalah wajar bila tak mengenal istilah cukup/puas. Apalagi berbagai kebutuhan hidup dengan harga-harga yang mencekik saat ini, sangatlah wajar bila seseorang mengharapkan gaji yang lebih. Namun, apakah karena masalah itu kita langsung buru-buru memutuskan untuk resign? Bagaimana solusi yang terbaik mengatasi masalah ini?
Solusi: Dalam menyikapi hal ini, sebaiknya yang dilakukan adalah survey dengan rekan-rekan kamu yang bekerja di perusahaan lain dengan jabatan yang sama. Bila kisaran gajinya masih sama, atau hanya beda-beda tipis, kemungkinan kamu tak harus menyalahkan gaji kamu yang kurang. Mungkin perlu melakukan tindakan cost efficiency atau mulai mencari sumber penghasilan tambahan. Bila memungkinkan kamu bisa meminta kenaikan gaji kepada atasan. Bila di perusahaan lain ternyata range salary untuk posisi kamu saat ini jauh lebih tinggi, mungkin bisa dipertimbangkan juga dari sisi lainnya, misalnya lingkungan kerja yang nyaman, tunjangan/fasilitas lain yang diberikan, kemungkinan untuk jenjang karir yang lebih baik, atau keuntungan-keuntungan lainnya yang mungkin saja tidak akan ditemui di tempat kerja yang gajinya lebih besar itu.
2.    Tidak ada Bonus
Bonus bulanan, tahunan biasanya diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu yang mungkin ingin memberikan reward bagi karyawan sesuai dengan kinerjanya dan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini biasanya bukan merupakan tanggung jawab suatu perusahaan, kecuali dari awal sudah tercantum dalam surat perjanjian kerja. Namun demikian, masih sering terdengar keluhan mengenai ketiadaan bonus, apalagi bila pada jaman sebelumnya pernah ada acara pemberian bonus.
Solusi: Tetaplah bekerja dan memberikan peforma yang terbaik dengan pertimbangan bahwa bila kinerja semakin baik, maka keuntungan yang didapat perusahaan akan semakin besar dan perusahaan bisa memberikan bonus kepada karyawan-karyawannya.
3.    Tidak ada business trip ke luar negeri, tidak ada training untuk menambah skill, tidak ada company outing
Tidak ada business trip ke luar negeri, tidak ada training untuk menambah skill, tidak ada company outing adalah beberapa keluhan yang juga menjadi masalah di tempat kerja. Hal itu bagi perusahaan yang sedari awal menjanjikannya atau pernah mengadakannya memang menjadi harapan tertentu bagi karyawan. Namun bila ternyata setelah berjalan sekian tahun dan peluang untuk hal itu ternyata cukup kecil, maka harap bersabar dulu. Biasanya memang program demikian ditujukan bagi jabatan atau posisi tertentu dalam perusahaan. Kecuali untuk company outing, biasanya dilakukan beramai-ramai dan itu pun tergantung pada kondisi keuangan perusahaan.
Solusi: Daripada harus pusing karena ini, untuk menambah wawasan dan pengalaman bisa diperoleh dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan, atau mengikuti seminar-seminar. Jika alasannya hanya karena ini, rasanya agak terburu-buru bila langsung mengambil keputusan untuk resign. Terlebih di jaman seperti sekarang ini mencari pekerjaan sangatlah susah. Pertimbangkan baik-baik sebelum mengambil keputusan.
4.    Atasan Galak/Otoriter
Atasan model begini berpotensi besar bikin kita tertekan batin. Atasan galak ditambah pula dengan sikapnya yang kurang menghargai pendapat bawahan dan menganggap bawahan selalu jadi pihak yang salah dalam setiap situasi.
Solusi: Perlu diketahui, si bos marah besar tentu ada sebabnya. Mari introspeksi diri dulu. Dari kejadian pertama kita diomelin, tentunya kita bisa menebak seperti apa karakter atasan kita tersebut. Hasil kerja seperti apa yang ia sukai dan yang tidak ia sukai. Bila sudah tau, berusahalah memberikan hasil kerja terbaik yang bisa anda lakukan. Lihat juga sisi positifnya, bos model begitu akan membuat kita tetap rendah hati dan menyadari bahwa kita masih harus banyak belajar untuk mencapai kesempurnaan. Nah, kalo sudah berusaha sebaik mungkin, dan si bos masih suka marah-marah tidak jelas, sangatlah wajar bila pada akhirnya kamu mengambil keputusan untuk resign, karena meski bawahan kamu juga manusia yang tidak bisa diperlakukan seenaknya.
5.    Atasan Cuek/tidak perhatian
Dibanding bos galak, mungkin bisa lebih baik dengan model bos cuek. Namun ada kalanya kita sudah berusaha semaksimal mungkin dengan prestasi kerja segemilang mungkin, namun si bos tak peduli dan tak pernah memberikan reward apapun atau sekedar memuji.
Solusi:Sebaiknya kita kembali ke motivasi awal untuk bekerja bukanlah untuk mengesankan siapa-siapa. Tetaplah bekerja dengan baik dan sadarilah bahwa Tuhan maha tau dan tak ada hal baik yang akan sia-sia.
6.    Rekan kerja tidakasik/tidak menghargai
Masalah ini sedikit banyak tentu akan mengganggu kinerja kamu. Bila hanya satu dua orang saja yang nggak asyik/nggak menghargai, mungkin kamu masih bisa cuek dengan hal tersebut. Bagaimana bila semua orang melakukan hal yang sama?
Solusi: Langkah pertama yang bisa dilakukan tentunya adalah introspeksi diri. Sudahkah bersikap baik dan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja? Bila belum, resign bukanlah jalan keluar untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Karena kemungkinan besar masalahnya ada dalam diri kamu sendiri. Jadi harus berubah dan berusaha beradaptasi. Jangan berharap selalu dimengerti orang lain. Orang-orang memiliki terlalu banyak beban hidup yang harus dipikirkan dari pada pusing-pusing memikirkan bagaimana caranya membuat anda bahagia di kantor. Kalau cukup nyali, bisa melakukan survey, kira-kira hal apa yang tidak disukai oleh rekan kerja kamu dari dirimu, tanyakan dengan jujur dan katakan bahwa kamu ingin memperbaiki diri.
7.    Rekan kerja suka menjatuhkan
Tak dapat dipungkiri, politik di dunia kerja memang kadang kejam, kadang untuk mencapai suatu maksud dan tujuan, seseorang tak sungkan-sungkan menghalalkan berbagai cara, sampai cara-cara yang tidak manusiawi sekalipun. Salah satunya adalah menjatuhkan rekan di depan atasan untuk membuat dirinya menjadi yang terbaik, mencuri ide-ide brilianmu dan mengklaim itu idenya. Bagaimana caranya bisa bertahan dengan rekan kerja seperti itu?
Solusi: The answer is tetap bekerja dengan baik dan jangan terlibat di dalamnya. Cueklah walau mungkin diri kitalah yang akan disingkirkan tapi yakinlah bahwa rejeki setiap orang sudah diatur oleh Tuhan. Dan tetaplah semangat, tetaplah berikan performa terbaikmu.
8.    Pekerjaan Overload/mirip kerja rodi
Pekerjaan overload atau melebihi kapasitas yang membuatmu sering terpaksa jadi sukarelawan dengan membawa pulang pekerjaan ke rumah. Bila terjadi pada hari-hari tertentu mungkin bisa diterima, Bagaimana kalau setiap hari harus begitu?
Solusi: Bila beban kerja yang kamu dapatkan sesuai pula dengan upah atau keuntungan lain yang kamu dapatkan, tentunya kamu harus bertahan di kondisi tersebut. Karena memang biasanya untuk gaji yang lumayan besar, maka beban pekerjaan pun akan semakin bertambah berat. Yang perlu dilakukan adalah belajar mengatur pekerjaan dengan baik. Buat jadwal pekerjaan dan lakukan dengan disiplin.Cari cara kreatif untuk menyelesaikan suatu pekerjaan agar tidak menumpuk. Bila memang sudah tak tertanggulangi, coba dikomunikasikan dengan atasan untuk mengambil kebijakan terbaik.
9.    Bosan tidak ada kerjaan/ Job description tidak jelas
Setiap hari menuju kantor dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan : “Hari ini gw mo ngapain yah di kantor?” Hal ini bisa terjadi juga untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu, dimana job description tidak jelas dan bisa terjadi juga bila karena masalah tertentu, misalnya seorang atasan tidak lagi memberikan pekerjaan kepadamu karena merasa kamu tidak kompeten dalam hal itu. Pada jenis pekerjaan yang terlalu santai, bagi orang-orang tertentu mungkin bisa sangat membosankan.
Solusi: Berpikir kreatif untuk menemukan hal-hal baru yang bisa dilakukan di kantor, tentunya yang mendukung pekerjaan utama. Waktu yang ada juga bias diisi dengan belajar banyak hal dan memiliki kesempatan untuk menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya. Dengan cara-cara seperti ini, tak menutup kemungkinan atasan yang pada awalnya mungkin enggan memberikan pekerjaan kepada kamu malah justru melihat kelebihan lain yang ada dalam diri kamu. Dan pada akhirnya kamu justru menjadi salah satu karyawan yang bisa diandalakannya.
10.  Pekerjaan tidak sesuai minat
Tuhan menciptakan setiap orang dengan minat dan bakat yang berbeda tentu ada maksudnya, agar bisa diaplikasikan dengan baik sesuai dengan bakatnya itu. Namun, kadang kita tidak menyadari apa yang sebenarnya bakat dan minat kita. Sehingga, memilih karir dan pekerjaan yang kurang tepat dan kita pun kurang menikmati pekerjaan tersebut.
Solusi: Bila memang kamu sudah terlanjur bekerja di karir yang kurang kamu minati, kamu bisa mencoba untuk bertahan dengan mulai mencoba menyukai dan menikmati pekerjaan tersebut. Cobalah juga untuk menggali dan mempelajari bidang tersebut. Jangan buru-buru memutuskan untuk resign karena bisa jadi kamu juga memiliki talenta di bidang tersebut. Bila memang kamu sudah berusaha mencoba namun minat dan kemampuan kamu memang bukan di sana, tidak ada salahnya bila kamu ingin beralih ke profesi lain yang benar-benar sesuai dengan bidangmu. Pastinya, pertimbangkan baik-baik segala keputusanmu agar tidak sampai salah memilih pekerjaan untuk yang kedua kalinya.
11.  Tidak ada promosi/kenaikan jabatan
Sudah bertahun-tahun kerja di perusahaan tersebut dan kamu masih berada di level yang sama? No progress? Bagaimana sebaiknya?
Solusi: Semua pihak pasti tahu dan bisa menilai jenis karyawan yang pantas dipromosikan atau tidak. Jika kamu memang pantas, maka peluang akan selalu ada untuk jabatan dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Kalau belum? Perlu belajar dulu, lalu buktikan bahwa kamu memang sudah pantas untuk jabatan yang lebih tinggi dengan hasil kerja yang excellent. Tapi perlu kamu lihat juga kondisi di perusahaan tempat kamu bekerja, apakah memang ada sistem yang memadai mengenai promosi jabatan.
12.  Jarak rumah ke kantor jauh
Perjalanan yang jauh dan melelahkan plus acara macet yang hampir membunuh semangat kerja?
Solusi: Belajarlah mengatur waktu dengan baik. Kamu bisa ngekos atau beli rumah di dekat kantor. Kalau hal itu tidak memungkinkan, sadarilah, bahwa kamu tidak sendirian. Hampir semua karyawan di kota besar mengalaminya Tetaplah semangat menjalani hari-hari sibukmu!




BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek kognitif, behaviordan afektif yang merupakan kesiapan mental psikologis untuk mereaksi dan bertindak secarapositif atau negatif terhadap objek tertentu. Sikap dapat berubah dan dapat dipengaruhi,dapat dibina dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap negatif dapat dipengaruhi sehinggamenjadi positif, yang tadinya tidak senang menjadi senang, yang semula antipati menjadibersimpati, dan sebagainya. Sikap juga di pengaruhi oleh berbagai faktor yaitu berdasarkanfaktor pengalaman pribadi, kebudayaan, lingkungan sekitar lingkungan keluarga dan faktoremosi dalam diri.
Agar dapat terwujud nya suatu sikap kerja yang baik di sebuah lingkungan kerja di perlukannya komunikasi yang baik antar para pekerja dengan bersikap ramah, hangat dan terbuka saatberkenalan. Mengenali orang orang dan jabatan serta kebiasaan –kebiasaan disana.Mendengarkan saat orang lain berbicara dan bertanya apa bila tidak tahu atau tidak mengerti,sehingga dapat tercipta nya suasana kerja yang efektif apa bila kita mempunyai sikap danperilaku yang baik dan akan berdampak baik pada pekerjaan kita serta memeliharakomunikasi yang baik antar pekerja.







DAFTAR PUSTAKA
http://efendikaris.blogspot.com/2012/01/nilai-sikap-dan-kepuasan-kerja.html
http://putriajengjanuarti.blogspot.com/2012/10/nilai-nilai-individu-dan-sikap-kerja.html
http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi
http://digilib.petra.ac.id/Kreitner dan Kinicki, 2005. Perilaku Organisasi, buku 1 dan 2, Jakarta : Salemba Empat.
Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat
Setyobroto, Sudibyo, 2004. Psikologi Suatu Pengantar, edisi ke-dua, Jakarta : Percetakan Solo.Walgito, Bimo. 2001. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LEMBAR KERJA BEDAH LMS PLATFORM BELAJAR

  LEMBAR KERJA BEDAH LMS PLATFORM BELAJAR     Nama                           : ARIF KURNIAWAN Sekolah                         : ...