SIKAP DALAM BEKERJA DAN PROBLEMATIKA KARIR
BAB II
PEMBAHASAN
A. SIKAP DALAM BEKERJA
SIKAP Menurut Sarnoff (dalam
Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untukbereaksi
(disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif
(unfavorably)terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield
(dalam Sears, 1999)berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap
dari proses motivasional,emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek
dunia individu.Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai
pernyataan evaluatif, baik yangmenyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap
objek, individu, atau peristiwa. Hal inimencerminkan bagaimana perasaan
seseorang tentang sesuatu. Sementara Kreitner danKinicki (2005) mendefinisikan
sikap sebagai kecenderungan merespon sesuatu secarakonsisten untuk mendukung
atau tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.Gibson (2003),
menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mentalyang
selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruhkhusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap
lebihmerupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi,
kepribadian danmotivasiMenurut pengertian dari maulana (1995) “sikap kerja
karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan
kepada pimpinan atau perusahaan. Maulana1995 mendefinisikan mengenai pengertian
sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yangmenguntungkan objak atau tidak,
orang atau peristiwa. Ada tiga komponen dari suatu sikapyaitu pengertian
(cognition), keharusan (affect), dan perilaku (behavior).Komponen cognition
adalah segmen pendapat atau keyakinan akan suatu sikap. Komponenaffect adalah
segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap, sedangkan komponenbehavior
adalah suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadapseseorang
atau sesuatu.
B.
FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAP
Proses belajar
sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,
individumembentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya.Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
1.
Pengalaman
pribadi.Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkankesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribaditersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatanakan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas.
2.
Kebudayaan.B.F.
Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan)dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain
daripada pola perilaku yangkonsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki.Pola reinforcement dari masyarakat untuk
sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap danperilaku yang lain.
3.
Orang
lain yang dianggap penting.Pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang orang yangdianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untukberafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap pentingtersebut.
4.
Media
massa.Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyaipengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya
informasi barumengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadaphal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akanmemberi dasar afektif dalam
mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklaharah sikap
tertentu.
5.
Institusi
Pendidikan dan Agama.Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama
mempunyai pengaruh kuat dalampembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moraldalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yangboleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan sertaajaran-ajarannya.
6.
Faktor
emosi dalam diri.Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadiseseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari olehemosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentukmekanisme pertahanan ego. Sikap demikian
bersifat sementara dan segera berlalu begitu
C.
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN
PERILAKU
Seringkali kita
beranggapan bahwa sikap seseorang akan mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu jika anda hendak
mengubah perilaku seseorang terlebih dahulu anda harus mengubah sikapnya. Namun
dalam kenyataannya hubungan antara sikap dan perilaku seseorang ternyata tidak
sesederhana itu. Motif
berprilaku (behavior intention). Sebagian besar sikap seseorang sesungguhnya
tidak secara
langsung berdampak terhadap perilaku orang tersebut. Demikian juga hanya
sebagian kecil
dari sikap seseorang yang jumlahnya banyak sekali yang kemudian berubah menjadi perilaku. Yang dimaksud
dengan motif berperilaku adalah sejauh mana kita tertarik untuk bertindak.Motif khusus.
Penetapan tujuan (goal setting) dan ekspektasi terhadap imbalan memberikan impak yang sangat besar
terhadap motif berperilaku dan membantu seseorang membangun motif khusus untuk
bertindak. Sekali motif khusus terbentuk biasanya terkait langsung perilaku
tertentu.Setyobroto (2004) merangkum batasan sikap dari berbagai ahli psikologi
sosial diantaranyapendapat G.W. Alport, Guilford, Adiseshiah dan John Farry,
serta Kerlinger yaitu:
1)
Sikap
bukan pembawaan sejak lahir
2)
Dapat
berubah melalui pengalaman
3)
Merupakan
organisasi keyakinan-keyakinan
4)
Merupakan
kesiapan untuk bereaksi
5)
Relatif
bersifat tetap
6)
Hanya
cocok untuk situasi tertentu
7)
Selalu
berhubungan dengan subjek dan objek tertentu
8)
Merupakan
penilaian dari penafsiran terhadap sesuatu
9)
Bervariasi
dalam kualitas dan intensitas
10) Meliputi sejumlah kecil
atau banyak item
11) Mengandung komponen
kognitif, afektif dan komatif
KOMPONEN PEMBENTUK SIKAP
Berkaitan dengan komponen
sikap, Walgito (2001) mengemukakan bahwa: Sikapmengandung tiga komponen yang
membentuk struktur sikap. Ketiga komponen itu adalahkomponen kognitif, afektif
dan konatif dengan uraian sebagai berikut:1. Komponen kognitif (komponen
perseptual), yaitu komponen yang berkaitan denganpengetahuan, pandangan,
keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimanaorang mempersepsi
terhadap obyek sikap.2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen
yang berhubungan denganrasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa
senang merupakan hal yangpositif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal
negatif.3. Komponen behavior (komponen perilaku, atau action component), yaitu
komponen yangberhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku
terhadap obyek sikapPenjelasan di atas relevan dengan pendapat Robbins (2007)
yang menyatakan bahwasikap terbentuk dari tiga komponen (aspek) yaitu aspek
evaluasi (komponen kognisi) danperasaan yang kuat (komponen afektif) yang akan
membimbing pada suatu tingkah laku(komponen kecenderungan untuk
berbuat/konasi).
TIPE SIKAP
Berbicara tentang tipe
sikap, maka terdapat 3 (tiga) tipe sikap. Tipe sikap tersebut adalahsebagai
berikut :
1.
Kepuasan kerja Yaitu sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkatkepuasan kerja tinggi
menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja, sebaliknya seseorangyang tidak
puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap perkerjaantersebut.
2.
Keterlibatan kerja Adalah mengukur derajat
sejau mana atau sampai tingkat mana seseorang memihak padapekerjaannya,
berpartisipasi aktif didalamnya dan menganggap kinerjanya penting bagi
hargadiri. Pegawai dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat
memihak pada jeniskerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis
kerja tersebut. Tingkat keterlibatankerja yang tinggi telah ditemukan berkaitan
dengan kemangkiran yang lebih rendah dantingkat permohonan berhenti yang lebih
rendah.
3.
Komitmen pada organisasiAdalah suatu keadaan
atau sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatuorganisasi tertentu
dan tujuannya, dan berniat memelihara keanggotaan dalam organisasitersebut.
Seperti pada keterlibatan kerja bahwa komitmen pada organisasi
memperlihatkanhubungan yang negatif antara kemangkiran dan tingkat keluar
masuknya pegawai.
D. PROBLEMATIKA KARIR
Semua orang
yang pernah menjadi karyawan di suatu perusahaan pasti setuju bahwa tak ada
pekerjaan yang mulus tanpa masalah. Semua bidang pekerjaan pasti pernah
mengalami berbagai macam problematika yang menghadang.
Ada beberapa
hal yang sering menjadi masalah di tempat kerja, seperti kesulitan untuk
menjalin kerjasama dengan atasan dan rekan kerja, beban pekerjaan yang terlalu
berat dan tak sesuai dengan kapasitasnya, bahkan ada juga yang sampai bosan
setengah mati di kantor karena tak ada pekerjaan yang perlu dilakukan.
Pada saat
seperti itu, keinginan untuk kabur dari lingkungan yang tak menyenangkan pasti
ada dan biasanya yang dilakukan adalah resign (mengundurkan diri) dan mencari
pekerjaan baru alias pindah kantor. Namun resign tidak selalu jadi jalan keluar
yang paling tepat untuk semua masalah di lingkungan pekerjaan. Karena tidak ada
jaminan di tempat yang baru akan lebih baik. Bahkan, bisa jadi malah lebih
buruk dari suasana kantor yang sebelumnya. Selain suasana kerja baru yang
mungkin saja tak menyenangkan, kamu juga harus berjuang melawan rasa sesal
karena salah mengambil keputusan. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-baik
sebelum mengambil keputusan untuk resign, apakah masalah yang ada masih bisa
diatasi atau tidak. Jangan sampai mengambil keputusan hanya karena emosi atau
sekedar untuk lari dari masalah
Berikut ini
merupakan beberapa masalah/keluhan yang sering memicu seseorang untuk resign
beserta solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasinya:
1.
Gaji
kurang
Gaji kurang sering menjadi
alasan karyawan untuk resign. Sebagai manusia normal, adalah wajar bila tak
mengenal istilah cukup/puas. Apalagi berbagai kebutuhan hidup dengan
harga-harga yang mencekik saat ini, sangatlah wajar bila seseorang mengharapkan
gaji yang lebih. Namun, apakah karena masalah itu kita langsung buru-buru
memutuskan untuk resign? Bagaimana solusi yang terbaik mengatasi masalah ini?
Solusi: Dalam menyikapi hal
ini, sebaiknya yang dilakukan adalah survey dengan rekan-rekan kamu yang bekerja
di perusahaan lain dengan jabatan yang sama. Bila kisaran gajinya masih sama,
atau hanya beda-beda tipis, kemungkinan kamu tak harus menyalahkan gaji kamu
yang kurang. Mungkin perlu melakukan tindakan cost efficiency atau mulai
mencari sumber penghasilan tambahan. Bila memungkinkan kamu bisa meminta
kenaikan gaji kepada atasan. Bila di perusahaan lain ternyata range salary
untuk posisi kamu saat ini jauh lebih tinggi, mungkin bisa dipertimbangkan juga
dari sisi lainnya, misalnya lingkungan kerja yang nyaman, tunjangan/fasilitas
lain yang diberikan, kemungkinan untuk jenjang karir yang lebih baik, atau
keuntungan-keuntungan lainnya yang mungkin saja tidak akan ditemui di tempat
kerja yang gajinya lebih besar itu.
2.
Tidak
ada Bonus
Bonus bulanan, tahunan biasanya
diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu yang mungkin ingin memberikan
reward bagi karyawan sesuai dengan kinerjanya dan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Hal ini biasanya bukan merupakan tanggung jawab suatu perusahaan,
kecuali dari awal sudah tercantum dalam surat perjanjian kerja. Namun demikian,
masih sering terdengar keluhan mengenai ketiadaan bonus, apalagi bila pada
jaman sebelumnya pernah ada acara pemberian bonus.
Solusi: Tetaplah bekerja
dan memberikan peforma yang terbaik dengan pertimbangan bahwa bila kinerja
semakin baik, maka keuntungan yang didapat perusahaan akan semakin besar dan
perusahaan bisa memberikan bonus kepada karyawan-karyawannya.
3.
Tidak
ada business trip ke luar negeri, tidak ada training untuk menambah skill,
tidak ada company outing
Tidak ada business trip ke
luar negeri, tidak ada training untuk menambah skill, tidak ada company outing
adalah beberapa keluhan yang juga menjadi masalah di tempat kerja. Hal itu bagi
perusahaan yang sedari awal menjanjikannya atau pernah mengadakannya memang
menjadi harapan tertentu bagi karyawan. Namun bila ternyata setelah berjalan
sekian tahun dan peluang untuk hal itu ternyata cukup kecil, maka harap
bersabar dulu. Biasanya memang program demikian ditujukan bagi jabatan atau
posisi tertentu dalam perusahaan. Kecuali untuk company outing, biasanya
dilakukan beramai-ramai dan itu pun tergantung pada kondisi keuangan
perusahaan.
Solusi: Daripada harus
pusing karena ini, untuk menambah wawasan dan pengalaman bisa diperoleh dengan
membaca buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan, atau mengikuti
seminar-seminar. Jika alasannya hanya karena ini, rasanya agak terburu-buru
bila langsung mengambil keputusan untuk resign. Terlebih di jaman seperti
sekarang ini mencari pekerjaan sangatlah susah. Pertimbangkan baik-baik sebelum
mengambil keputusan.
4.
Atasan
Galak/Otoriter
Atasan model begini
berpotensi besar bikin kita tertekan batin. Atasan galak ditambah pula dengan
sikapnya yang kurang menghargai pendapat bawahan dan menganggap bawahan selalu
jadi pihak yang salah dalam setiap situasi.
Solusi: Perlu diketahui, si
bos marah besar tentu ada sebabnya. Mari introspeksi diri dulu. Dari kejadian
pertama kita diomelin, tentunya kita bisa menebak seperti apa karakter atasan
kita tersebut. Hasil kerja seperti apa yang ia sukai dan yang tidak ia sukai.
Bila sudah tau, berusahalah memberikan hasil kerja terbaik yang bisa anda
lakukan. Lihat juga sisi positifnya, bos model begitu akan membuat kita tetap
rendah hati dan menyadari bahwa kita masih harus banyak belajar untuk mencapai
kesempurnaan. Nah, kalo sudah berusaha sebaik mungkin, dan si bos masih suka
marah-marah tidak jelas, sangatlah wajar bila pada akhirnya kamu mengambil
keputusan untuk resign, karena meski bawahan kamu juga manusia yang tidak bisa
diperlakukan seenaknya.
5.
Atasan
Cuek/tidak perhatian
Dibanding bos galak,
mungkin bisa lebih baik dengan model bos cuek. Namun ada kalanya kita sudah
berusaha semaksimal mungkin dengan prestasi kerja segemilang mungkin, namun si
bos tak peduli dan tak pernah memberikan reward apapun atau sekedar memuji.
Solusi:Sebaiknya kita
kembali ke motivasi awal untuk bekerja bukanlah untuk mengesankan siapa-siapa.
Tetaplah bekerja dengan baik dan sadarilah bahwa Tuhan maha tau dan tak ada hal
baik yang akan sia-sia.
6.
Rekan
kerja tidakasik/tidak menghargai
Masalah ini sedikit banyak
tentu akan mengganggu kinerja kamu. Bila hanya satu dua orang saja yang nggak
asyik/nggak menghargai, mungkin kamu masih bisa cuek dengan hal tersebut.
Bagaimana bila semua orang melakukan hal yang sama?
Solusi: Langkah pertama
yang bisa dilakukan tentunya adalah introspeksi diri. Sudahkah bersikap baik
dan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja? Bila belum, resign
bukanlah jalan keluar untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Karena
kemungkinan besar masalahnya ada dalam diri kamu sendiri. Jadi harus berubah
dan berusaha beradaptasi. Jangan berharap selalu dimengerti orang lain.
Orang-orang memiliki terlalu banyak beban hidup yang harus dipikirkan dari pada
pusing-pusing memikirkan bagaimana caranya membuat anda bahagia di kantor.
Kalau cukup nyali, bisa melakukan survey, kira-kira hal apa yang tidak disukai
oleh rekan kerja kamu dari dirimu, tanyakan dengan jujur dan katakan bahwa kamu
ingin memperbaiki diri.
7.
Rekan
kerja suka menjatuhkan
Tak dapat dipungkiri,
politik di dunia kerja memang kadang kejam, kadang untuk mencapai suatu maksud
dan tujuan, seseorang tak sungkan-sungkan menghalalkan berbagai cara, sampai
cara-cara yang tidak manusiawi sekalipun. Salah satunya adalah menjatuhkan
rekan di depan atasan untuk membuat dirinya menjadi yang terbaik, mencuri
ide-ide brilianmu dan mengklaim itu idenya. Bagaimana caranya bisa bertahan
dengan rekan kerja seperti itu?
Solusi: The answer is tetap
bekerja dengan baik dan jangan terlibat di dalamnya. Cueklah walau mungkin diri
kitalah yang akan disingkirkan tapi yakinlah bahwa rejeki setiap orang sudah
diatur oleh Tuhan. Dan tetaplah semangat, tetaplah berikan performa terbaikmu.
8.
Pekerjaan
Overload/mirip kerja rodi
Pekerjaan overload atau
melebihi kapasitas yang membuatmu sering terpaksa jadi sukarelawan dengan
membawa pulang pekerjaan ke rumah. Bila terjadi pada hari-hari tertentu mungkin
bisa diterima, Bagaimana kalau setiap hari harus begitu?
Solusi: Bila beban kerja
yang kamu dapatkan sesuai pula dengan upah atau keuntungan lain yang kamu
dapatkan, tentunya kamu harus bertahan di kondisi tersebut. Karena memang
biasanya untuk gaji yang lumayan besar, maka beban pekerjaan pun akan semakin
bertambah berat. Yang perlu dilakukan adalah belajar mengatur pekerjaan dengan
baik. Buat jadwal pekerjaan dan lakukan dengan disiplin.Cari cara kreatif untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan agar tidak menumpuk. Bila memang sudah tak tertanggulangi,
coba dikomunikasikan dengan atasan untuk mengambil kebijakan terbaik.
9.
Bosan
tidak ada kerjaan/ Job
description tidak jelas
Setiap hari menuju kantor
dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan : “Hari ini gw mo ngapain yah di
kantor?” Hal ini bisa terjadi juga untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu, dimana
job description tidak jelas dan bisa terjadi juga bila karena masalah tertentu,
misalnya seorang atasan tidak lagi memberikan pekerjaan kepadamu karena merasa
kamu tidak kompeten dalam hal itu. Pada jenis pekerjaan yang terlalu santai,
bagi orang-orang tertentu mungkin bisa sangat membosankan.
Solusi: Berpikir kreatif
untuk menemukan hal-hal baru yang bisa dilakukan di kantor, tentunya yang
mendukung pekerjaan utama. Waktu yang ada juga bias diisi dengan belajar banyak
hal dan memiliki kesempatan untuk menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya.
Dengan cara-cara seperti ini, tak menutup kemungkinan atasan yang pada awalnya
mungkin enggan memberikan pekerjaan kepada kamu malah justru melihat kelebihan lain
yang ada dalam diri kamu. Dan pada akhirnya kamu justru menjadi salah satu
karyawan yang bisa diandalakannya.
10.
Pekerjaan
tidak
sesuai minat
Tuhan menciptakan setiap
orang dengan minat dan bakat yang berbeda tentu ada maksudnya, agar bisa
diaplikasikan dengan baik sesuai dengan bakatnya itu. Namun, kadang kita tidak
menyadari apa yang sebenarnya bakat dan minat kita. Sehingga, memilih karir dan
pekerjaan yang kurang tepat dan kita pun kurang menikmati pekerjaan tersebut.
Solusi: Bila memang kamu
sudah terlanjur bekerja di karir yang kurang kamu minati, kamu bisa mencoba
untuk bertahan dengan mulai mencoba menyukai dan menikmati pekerjaan tersebut.
Cobalah juga untuk menggali dan mempelajari bidang tersebut. Jangan buru-buru
memutuskan untuk resign karena bisa jadi kamu juga memiliki talenta di bidang
tersebut. Bila memang kamu sudah berusaha mencoba namun minat dan kemampuan
kamu memang bukan di sana, tidak ada salahnya bila kamu ingin beralih ke
profesi lain yang benar-benar sesuai dengan bidangmu. Pastinya, pertimbangkan
baik-baik segala keputusanmu agar tidak sampai salah memilih pekerjaan untuk
yang kedua kalinya.
11.
Tidak ada
promosi/kenaikan jabatan
Sudah bertahun-tahun kerja
di perusahaan tersebut dan kamu masih berada di level yang sama? No progress? Bagaimana
sebaiknya?
Solusi: Semua pihak pasti
tahu dan bisa menilai jenis karyawan yang pantas dipromosikan atau tidak. Jika
kamu memang pantas, maka peluang akan selalu ada untuk jabatan dan tanggung
jawab yang lebih tinggi. Kalau belum? Perlu belajar dulu, lalu buktikan bahwa
kamu memang sudah pantas untuk jabatan yang lebih tinggi dengan hasil kerja
yang excellent. Tapi perlu kamu lihat juga kondisi di perusahaan tempat kamu
bekerja, apakah memang ada sistem yang memadai mengenai promosi jabatan.
12.
Jarak
rumah ke kantor jauh
Perjalanan yang jauh dan
melelahkan plus acara macet yang hampir membunuh semangat kerja?
Solusi: Belajarlah mengatur
waktu dengan baik. Kamu bisa ngekos atau beli rumah di dekat kantor. Kalau hal
itu tidak memungkinkan, sadarilah, bahwa kamu tidak sendirian. Hampir semua
karyawan di kota besar mengalaminya Tetaplah semangat menjalani hari-hari
sibukmu!
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai organisasi
keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek kognitif, behaviordan afektif yang merupakan
kesiapan mental psikologis untuk mereaksi dan bertindak secarapositif atau
negatif terhadap objek tertentu. Sikap dapat berubah dan dapat
dipengaruhi,dapat dibina dalam berbagai bidang kehidupan. Sikap negatif dapat
dipengaruhi sehinggamenjadi positif, yang tadinya tidak senang menjadi senang,
yang semula antipati menjadibersimpati, dan sebagainya. Sikap juga di pengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu berdasarkanfaktor pengalaman pribadi, kebudayaan,
lingkungan sekitar lingkungan keluarga dan faktoremosi dalam diri.
Agar dapat
terwujud nya suatu sikap kerja yang baik di sebuah lingkungan kerja di
perlukannya komunikasi yang baik antar para pekerja dengan bersikap ramah,
hangat dan terbuka saatberkenalan. Mengenali orang orang dan jabatan serta
kebiasaan –kebiasaan disana.Mendengarkan saat orang lain berbicara dan bertanya
apa bila tidak tahu atau tidak mengerti,sehingga dapat tercipta nya suasana
kerja yang efektif apa bila kita mempunyai sikap danperilaku yang baik dan akan
berdampak baik pada pekerjaan kita serta memeliharakomunikasi yang baik antar
pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
http://efendikaris.blogspot.com/2012/01/nilai-sikap-dan-kepuasan-kerja.html
http://putriajengjanuarti.blogspot.com/2012/10/nilai-nilai-individu-dan-sikap-kerja.html
http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi
http://digilib.petra.ac.id/Kreitner dan Kinicki, 2005.
Perilaku Organisasi, buku 1 dan 2, Jakarta : Salemba Empat.
Robbbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta :
Salemba Empat
Setyobroto, Sudibyo, 2004. Psikologi Suatu Pengantar,
edisi ke-dua, Jakarta : Percetakan Solo.Walgito, Bimo. 2001. Psikologi
Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar